5 Fakta Unik JAMBOE KHOEP, diduga Wisata Maksiat di Tanah Serambi - KolamArtikel.Blogspot.Com

Photo: Penampakan salah satu lokasi wisata di Kabupaten Bener Meriah, Nanggroe Aceh Darussalam. Orang-orang menamainya dengan sebutan Jamboe Khoep. Diduga kerap dijadikan tempat untuk berbuat maksiat.

Seluruh daerah pastilah memiliki tempat destinasi yang kerap dijadikan sebagai tempat untuk meluangkan waktu senggang.  Tempat-tempat yang ramai dikunjungi misalnya pantai, gunung, taman, kebun binatang, sungai, danau dan sebagainya. Tempat wisata merupakan tempat untuk melakukan hal-hal positif seperti refreshing, menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Namun juga seringkali disalahgunakan untuk berbuat perilaku yang tidak senonoh dan dilarang dalam agama.

Di Aceh sebenarnya ada banyak sekali tempat-tempat wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Beberapa tempat wisata di Aceh yang direkomendasikan misalnya Sabang, Gua Sarang, Tapak Tuan, Danau Laut Tawar, Air Terjun Blang Kolam, Puncak Burni Telong, Gunung Salak, Pantang Terong, Pantai Lampuuk, Pantai Pasir Putih, dan masih banyak yang lainnya.

Namun diantara bermacam-macam tempat wisata tersebut, ada satu tempat yang unik dan berbeda dengan tempat-tempat kunjungan yang lainnya. Tempat tersebut berlokasi dipinggiran jalan Bireuen - Takengon, di Kabupaten Bener Meriah. Sebenarnya kawasan tersebut hanyalah lahan biasa atau hutan yang ditumbuhi ilalang dan pohon-pohon rimba. Adapun yang membuatnya special bagi kaum ABG dan pria hidung belang yaitu;

1. Gubuk Kecil 

Jamboe Khoep dalam bahasa Aceh, Jamboe yang berarti Pondok, dan Khoep yang berarti Tutup atau penutup. Jamboe Khoep menyerupai gubuk kecil yang persis rumah suku primitif berukuran dua meter lingkaran dengan dinding daun-daun pohon hutan yang menutupi penampakan orang yang berada di dalamnya. Jika dilihat dari luar yang kelihatan hanyalah kaki tidak sampai ke lutut orang yang sedang bersantai di dalam jamboe tersebut.

2. Cuma Bisa Memuat Dua Orang

Jamboe Khoep bukanlah tempat yang cocok untuk mengadakan reuni, dan berdiskusi kelompok dengan rekan kerja. Ukurannya yang kecil dan sempit hanya bisa dimasuki dua orang saja. Konon katanya yang berlangganan di Jamboe Khoep adalah sepasang muda mudi yang sedang dimabuk cinta. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tempat tersebut sering dijadikan sarana memproduksi anak-anak haram.

3. Harga Minuman dan Cemilan

Beberapa orang yang mengaku pernah merasakan atmosfir di dalam Jamboe Khoep membeberkan hal yang sedikit mengejutkan mengenai harga minuman dan makanan ringan yang ditawarkan jauh melebihi harga pasarannya. Salah seorang pengunjung mengaku harus membayar untuk satu botol minuman yang biasanya dijual dengan harga empat sampai lima ribu tapi di situ harganya berkisar 80 ribu sampai 100 ribu per botol. Begitu juga harga snack yang melambung ke awan.

4. Pernah Dilalap Si Jago Merah

Ternyata Jamboe Khoep juga pernah dibakar oleh OTK. Mungkin karena tempat ini dianggap sebagai tempat pelampiasan birahi dan syahwat. Namun tidak butuh waktu lama, gubuk mini di dataran Gayo ini kembali berdiri hanya dalam hitungan hari karena proses pembangunanya yang murah dengan material kayu dan daun-daun rumbia yang ada di dalam hutan setempat.

5. Peran Pemerintah

Hampir tidak ada peran ataupun respon dari Pemerintah mengenai wisata gelap tersebut, seakan Jamboe Khoep adalah wisata tradisional yang tidak perlu diusik keberadaannya. Seolah-olah tempat yang bernama Arul Ali-Ali di desa Blang Rakal ini mempunyai keistimewaan dan hak khusus untuk beroperasi, sehingga tidak diberlakukan Syariah Islam seperti di tempat-tempat ramai lainnya.

Jamboe Khoep memperlihatkan bagaimana fungsi dan peran Wilayatul Hisbah (WH) di kawasan Serambi Mekkah. Sebagai tolak ukur bahwa sampai saat ini pihak Pemerintah melalui pembentukan Polisi Syariah tidak berdaya atau belum mampu menangani perbuatan mesum dan khalwat di wilayah Syariah Islam yang menjungjung tinggi agama, adat dan budaya. 

Sekarang sudah memasuki masa Pemerintahan yang baru, masyarakat berharap pejabat yang dilantik benar-benar bekerja untuk rakyat. Mampu mengentas kesenjangan sosial, dan memberantas tempat-tempat yang diduga melanggar hukum Islam.

Kita lihat bagaimana daerah-daerah lain yang tidak berlaku Syariah Islam tapi berhasil menutup tempat-tempat lokalisasi. Harusnya Pemerintah termotivasi dan belajar dari daerah lain Indonesia agar terciptanya kedamaian dan dijauhkan azab oleh Allah SWT.
(Red).